Eksistensi Air
Air merupakan zat yang ajaib karena memiliki sifat-sifat
yang memungkinkannya bereaksi dan berinteraksi, baik secara fisik maupun kimia
dengan benda-benda lain secara khas pula. Adanya air di bumi adalah salah satu
keajaiban, Pada daerah tata surya kita air banyak didapati di luar bumi, tetapi
pada umumnya dijumpai dalam bentuk gas atau es. Sedangkan dalam bentuk cair,
air praktis hanya dijumpai di bumi, dengan ketersediaan air yang menjadi unsur
penting penopang kehidupan itu maka manusia ditempatkan di bumi, bukan di
planet lain. Hanya saja seringkali manusia tak menyadari hal itu dan tidak
mensyukurinya. Mari kita cermati Surah al-A‘rāf/7: 10 berikut ini:
وَلَقَدْ
مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ قَلِيلًا مَّا
تَشْكُرُونَ
Dan sungguh, Kami telah
menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan
untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur (Alquran, Surah al-A‘rāf/7: 10)
Menurut
Wahbah az-Zuḥailī, ayat ini menunjukkan penempatan manusia di bumi merupakan
suatu anugerah besar. Tetapi, banyak di antara manusia tidak mensyukuri
anugerah Allah itu. Tidak menyukuri itu antara lain dalam bentuk kemubaziran,
pencemaran, perusakan potensi penyerapan air, serta memonopoli sumber air untuk
mengeruk keuntungan pribadi dan sesaat. Padahal, Allah menganugerahkan air di
bumi untuk keberlangsungan kehidupan bagi makhluk-makhluk di atasnya dan untuk
kepentingan-kepentingan lebih besar dan merata, seperti untuk irigasi,
pembangkit tenaga Iistrik, dan kemaslahatan lainnya. Oleh karenanya, semua
anugerah Allah itu harus dilestarikan, dibudidayakan, didiversifikasi dan
diintensifikasi, serta dimanfaatkan sebatas kebutuhan sebaik-baik dan
sehemat-hematnya, karena untuk digunakan secara bersama-sama, termasuk
generasi-generasi yang akan datang.
Allah berfirman dalam Surah al-Baqarah/2: 29:
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا
فِي الاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوَا اِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّهًنَّ سَبْعَ
سَمَوَتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْ ءٍعَلِيْمٌ
Dialah (Allah) yang
menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit,
lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu (Alquran, Surah al-Baqarah/2: 29)
Salah
satu kebutuhan vital manusia adalah air, terutama untuk keperluan minum dan
bersuci (ṭahārah). Orang bisa bertahan hidup lebih lama tanpa makan, tetapi
tidak tanpa air. Air yang disediakan melimpah di planet kita pada dasarnya
jumlahnya tetap, hanya saja terus bersirkulasi dengan sangat menakjubkan.
Dengan proses terjadinya air, al quran secara tegas menyatakan:
وَهُوَ ٱلَّذِى يُرْسِلُ ٱلرِّيَٰحَ
بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَىْ رَحْمَتِهِۦ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَقَلَّتْ سَحَابًا
ثِقَالًا سُقْنَٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ ٱلْمَآءَ فَأَخْرَجْنَا
بِهِۦ مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ ٱلْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ
Dan
Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan
rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami
halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka
Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti
itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu
mengambil pelajaran. (al-Araf:57)
Ayat
ini mengandung penyebutan salah satu nikmat dari nikmat-nikmat yang telah
diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya serta sebagai bukti atas ke-Esaan-Nya
dan ketetapan sifat ketuhanan-Nya. Menurut ayat di atas, siklus air terjadi
dalam tiga fase yang melibatkan angin, awan, dan hujan.
Fase pertama (Angin)
Air adalah
udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara. Angin bergerak dari
tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke tempat yang memiliki tekanan udara
yang rendah.Dengan pernyataan lain, angin adalah udara yang bergerak dari daerah
yang memiliki suhu (temperatur) rendah ke wilayah yang memiliki temperatur
tinggi. Dengan demikian, angin adalah arus udara yang bergerak di antara dua
zona yang memiliki suhu yang berbeda, yakni dari zona yang dingin menuju zona
yang panas. Angin terjadi karena pemanasan air samudra oleh sinar matahari.
Panas matahari inilah yang menimbulkan tekanan udara sehingga bergerak menjadi
angin yang membawa dan menggiring uap air berkumpul ke atas menjadi awan untuk kemudian
berubah menjadi hujan sebagaimana tergambar pada ayat Al-Qur′an yang berikut, “Dan
Kami menjadikan pelita yang terang-benderang (matahari), dan Kami turunkan dari
awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya” (an-Naba′/78: 13-14)
Fase kedua (Awan)
Dalam beberapa ayat Al-Qur′an
diungkapkan bahwa awan sangat bergantung kepada angin. Anginlah yang
menggerakkan awan yang kemudian menurunkan hujan. Sementara itu, temuan ilmiah
modern menjelaskan bahwa angin itu tidak hanya berfungsi menggerakkan awan,
tetapi juga mengawinkan gelembung udara yang bercampur partikel dengan uap air hingga
melahirkan hujan. Temuan ilmiah ini sejalan dengan penjelasan ayat Al-Qur′an
yang berikut:
وَأَرْسَلْنَا ٱلرِّيَٰحَ
لَوَٰقِحَ فَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَسْقَيْنَٰكُمُوهُ وَمَآ
أَنتُمْ لَهُۥ بِخَٰزِنِينَ
Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari
langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang
menyimpannya. (al-hijr/15: 22)
Adapun
yang dimaksud pada Surah al-hijr/15 ayat 22 di atas bahwa Allah meniupkan angin
untuk mengawinkan, secara singkat adalah mengawinkan, gelembung udara yang
telah bercampur dengan partikel dengan uap air.
Fase Ketiga (Hujan)
Dalam
banyak ayat Al-Qur′an disebutkan waanzala minas-samā′i mā′an (dan Dialah, Allah
yang menurunkan air dari langit). Menurut Muhammad ‘Alī as-sābūnī yang dimaksudkan
dengan air pada ayat tersebut adalah “air hujan yang segar dan mengandung
mineral yang diturunkan Allah,dari awan melalui kekuasaan-Nya” sebagaimana
sudah dipaparkan di atas. Adapun yang dimaksud dengan istilah (as-samā′) yang menjadi
sumber air hujan itu, menurut al-Asfahānī, adalah tempat yang tinggi.
Menurutnya, langit semua benda itu adalah bagian paling tinggi dari benda
tersebut. Jadi, secara sederhana air hujan itu turun dari tempat yang tinggi.
Macam Macam Air
Dalam
merumuskan tentang macam-macam air, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan bahwa: yang dimaksud dengan air
adalah semua air yang terdapat pada, di atas, atau pun di bawah permukaan
tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan
air laut yang berada di darat.
Adapun air
dalam perspektif fikih Islam dibagi menjadi empat macam sebagai berikut:
Pertama, air mutlak
yaitu
air yang suci dan mensucikan yang oleh al-Gamrawi dinamakan at tahūr. Air
mutlak adalah air yang biasa digunakan untuk mensucikan diri dari hadas, baik hadas
kecil dengan berwudu maupun hadas besar (junub) dengan mandi, seperti air
hujan, laut, dan embun.
Kedua, air musta‘mal
yaitu
air yang sudah dipakai untuk mensucikan diri dari hadas kecil, hadas besar,
maupun air yang sudah digunakan untuk keperluan lain seperti mandi dan mensucikan
benda-benda.
Ketiga , air yang bercampur dengan benda-benda suci:
Misalnya
air yang bercampur dengan sabun dan tepung. Air macam ini suci dan mensucikan
selama masih termasuk airmutlak. Jika kemutlakan air itu hilang menjadi
berwarna dan mengandung rasa seperti air teh, kopi, sirop dan lain-lain, maka air
semacam ini suci, tetapi tidak bisa dipergunakan untuk mensucikan diri dari
hadas besar maupun hadas kecil seperti mandi junub dan berwudu, serta tidak
dapat dipergunakan untuk mensucikan benda-benda lainnya.
Keempat, air yang bercampur dengan najis
Jika benda najis mengubah sifat air, rasa,
warna, dan bau; maka air itu tidak lagi suci, tetapi berubah menjadi air najis.
Manfaat dan Kegunan Air dalam Kehidupan
Secara
umum air merupakan unsur yang sangat vital dalam kehidupan, karena tanpa air
kelangsungan hidup tidak akan dapat bertahan. Hal ini ditegaskan Allah secara
tersurat pada ayat Al-Qur′an yang berikut:
أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ
كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَا ۖ
وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ
Dan
apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman.
(al-Anbiyā′/21: 30)
Muhammad
‘Alī as sābūnī, ketika menjelaskan maksud ayat di atas yang berarti, “Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air”, menyatakan bahwa Allah
telah menjadikan air menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi semua makhluk hidup
dan menjadikan air sebagai sumber segala kehidupan. Oleh sebab itu, manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya
tanpa air. Maka mengapa ada manusia yang tidak beriman?
Secara
khusus dapat dijelaskan sebagai berikut: manfaat dan kegunaan air dalam
kehidupan:
Pertama
Allah
menyatakan bahwa salah satu manfaat dan kegunaan air adalah sarana untuk
bersuci atau membersihkan diri lahir batin. Hal ini, antara lain, dinyatakan
pada ayat Al-Qur′an berikut:
وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ
Dan
Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk mensucikan kamu dengan
hujan itu. (al-Anfāl/8: 11)
Kedua
Allah
menurunkan air untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia akan air minum. Allah menyatakan:
Pernahkah
kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan
atau Kami yang menurunkannya? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya
asin, mengapa kamu tidak bersyukur? (al-Wāqi‘ah/56: 68-70)
Ketiga
air bermanfaat bagi pertanian. Air selalu
menjadi faktor yang menentukan tingkat keberhasilan pertanian. Oleh sebab itu,
orang berusaha keras “menjinakkan” sumber air untuk keperluan pertanian.
Keempat
air
memiliki sumber daya yang demikian besar untuk menjadi Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA), bukan hanya yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara
(PLN), tetapi juga yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat untuk masyarakat
dengan biaya yang murah, tetapi menghasilkan listrik yang melimpah.
Demikian
paparan tentang eksistensi air bagi kehidupan manusia. Allah menciptakan angin,
awan, dan menurunkan hujan untuk kepentingan manusia. semuanya dipercayakan kepada
manusia untuk dijaga keseimbangannya bagi kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia.
Mengapa manusia merusaknya? Mengapa manusia tidak bersahabat dengan air padahal
membutuhkannya? Lalu di musim hujan, air datang mengambil tempatnya yang
dirampas manusia. Mengapa
manusia terus melakukannya, padahal mengancam kelangsungan hidupnya?Sungguh
manusia itu makhluk yang zalim dan bodoh (al-Ahzāb/33: 72). Sadarlah dan
berbuatlah untuk memelihara sumber daya air. Wallāhu a‘lam bis sawāb.