Minggu, 22 Maret 2020

Eksistensi Air



Eksistensi Air
           
Air merupakan zat yang ajaib karena memiliki sifat-sifat yang memungkinkannya bereaksi dan berinteraksi, baik secara fisik maupun kimia dengan benda-benda lain secara khas pula. Adanya air di bumi adalah salah satu keajaiban, Pada daerah tata surya kita air banyak didapati di luar bumi, tetapi pada umumnya dijumpai dalam bentuk gas atau es. Sedangkan dalam bentuk cair, air praktis hanya dijumpai di bumi, dengan ketersediaan air yang menjadi unsur penting penopang kehidupan itu maka manusia ditempatkan di bumi, bukan di planet lain. Hanya saja seringkali manusia tak menyadari hal itu dan tidak mensyukurinya. Mari kita cermati Surah al-A‘rāf/7: 10 berikut ini:
وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَشْكُرُونَ۝
Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur (Alquran, Surah al-A‘rāf/7: 10)

            Menurut Wahbah az-Zuḥailī, ayat ini menunjukkan penempatan manusia di bumi merupakan suatu anugerah besar. Tetapi, banyak di antara manusia tidak mensyukuri anugerah Allah itu. Tidak menyukuri itu antara lain dalam bentuk kemubaziran, pencemaran, perusakan potensi penyerapan air, serta memonopoli sumber air untuk mengeruk keuntungan pribadi dan sesaat. Padahal, Allah menganugerahkan air di bumi untuk keberlangsungan kehidupan bagi makhluk-makhluk di atasnya dan untuk kepentingan-kepentingan lebih besar dan merata, seperti untuk irigasi, pembangkit tenaga Iistrik, dan kemaslahatan lainnya. Oleh karenanya, semua anugerah Allah itu harus dilestarikan, dibudidayakan, didiversifikasi dan diintensifikasi, serta dimanfaatkan sebatas kebutuhan sebaik-baik dan sehemat-hematnya, karena untuk digunakan secara bersama-sama, termasuk generasi-generasi yang akan datang.
 Allah berfirman dalam Surah al-Baqarah/2: 29:
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِي الاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوَا اِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّهًنَّ سَبْعَ سَمَوَتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْ ءٍعَلِيْمٌ
Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (Alquran, Surah al-Baqarah/2: 29)
            Salah satu kebutuhan vital manusia adalah air, terutama untuk keperluan minum dan bersuci (ṭahārah). Orang bisa bertahan hidup lebih lama tanpa makan, tetapi tidak tanpa air. Air yang disediakan melimpah di planet kita pada dasarnya jumlahnya tetap, hanya saja terus bersirkulasi dengan sangat menakjubkan. Dengan proses terjadinya air, al quran secara tegas menyatakan:

وَهُوَ ٱلَّذِى يُرْسِلُ ٱلرِّيَٰحَ بُشْرًۢا بَيْنَ يَدَىْ رَحْمَتِهِۦ ۖ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَقَلَّتْ سَحَابًا ثِقَالًا سُقْنَٰهُ لِبَلَدٍ مَّيِّتٍ فَأَنزَلْنَا بِهِ ٱلْمَآءَ فَأَخْرَجْنَا بِهِۦ مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ ۚ كَذَٰلِكَ نُخْرِجُ ٱلْمَوْتَىٰ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (al-Araf:57)

Ayat ini mengandung penyebutan salah satu nikmat dari nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya serta sebagai bukti atas ke-Esaan-Nya dan ketetapan sifat ketuhanan-Nya. Menurut ayat di atas, siklus air terjadi dalam tiga fase yang melibatkan angin, awan, dan hujan.
            Fase pertama (Angin)
Air adalah udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara. Angin bergerak dari tempat yang memiliki tekanan udara tinggi ke tempat yang memiliki tekanan udara yang rendah.Dengan pernyataan lain, angin adalah udara yang bergerak dari daerah yang memiliki suhu (temperatur) rendah ke wilayah yang memiliki temperatur tinggi. Dengan demikian, angin adalah arus udara yang bergerak di antara dua zona yang memiliki suhu yang berbeda, yakni dari zona yang dingin menuju zona yang panas. Angin terjadi karena pemanasan air samudra oleh sinar matahari. Panas matahari inilah yang menimbulkan tekanan udara sehingga bergerak menjadi angin yang membawa dan menggiring uap air berkumpul ke atas menjadi awan untuk kemudian berubah menjadi hujan sebagaimana tergambar pada ayat Al-Qur′an yang berikut, “Dan Kami menjadikan pelita yang terang-benderang (matahari), dan Kami turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya” (an-Naba′/78: 13-14)
            Fase kedua (Awan)
            Dalam beberapa ayat Al-Qur′an diungkapkan bahwa awan sangat bergantung kepada angin. Anginlah yang menggerakkan awan yang kemudian menurunkan hujan. Sementara itu, temuan ilmiah modern menjelaskan bahwa angin itu tidak hanya berfungsi menggerakkan awan, tetapi juga mengawinkan gelembung udara yang bercampur partikel dengan uap air hingga melahirkan hujan. Temuan ilmiah ini sejalan dengan penjelasan ayat Al-Qur′an yang berikut:
وَأَرْسَلْنَا ٱلرِّيَٰحَ لَوَٰقِحَ فَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَسْقَيْنَٰكُمُوهُ وَمَآ أَنتُمْ لَهُۥ بِخَٰزِنِينَ
Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang menyimpannya. (al-hijr/15: 22)
Adapun yang dimaksud pada Surah al-hijr/15 ayat 22 di atas bahwa Allah meniupkan angin untuk mengawinkan, secara singkat adalah mengawinkan, gelembung udara yang telah bercampur dengan partikel dengan uap air.
Fase Ketiga (Hujan)
Dalam banyak ayat Al-Qur′an disebutkan waanzala minas-samā′i mā′an (dan Dialah, Allah yang menurunkan air dari langit). Menurut Muhammad ‘Alī as-sābūnī yang dimaksudkan dengan air pada ayat tersebut adalah “air hujan yang segar dan mengandung mineral yang diturunkan Allah,dari awan melalui kekuasaan-Nya” sebagaimana sudah dipaparkan di atas. Adapun yang dimaksud dengan istilah (as-samā′) yang menjadi sumber air hujan itu, menurut al-Asfahānī, adalah tempat yang tinggi. Menurutnya, langit semua benda itu adalah bagian paling tinggi dari benda tersebut. Jadi, secara sederhana air hujan itu turun dari tempat yang tinggi.
Macam Macam Air
            Dalam merumuskan tentang macam-macam air, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air menyebutkan bahwa: yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, atau pun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.
Adapun air dalam perspektif fikih Islam dibagi menjadi empat macam sebagai berikut:
Pertama, air mutlak
yaitu air yang suci dan mensucikan yang oleh al-Gamrawi dinamakan at tahūr. Air mutlak adalah air yang biasa digunakan untuk mensucikan diri dari hadas, baik hadas kecil dengan berwudu maupun hadas besar (junub) dengan mandi, seperti air hujan, laut, dan embun.
Kedua, air musta‘mal
yaitu air yang sudah dipakai untuk mensucikan diri dari hadas kecil, hadas besar, maupun air yang sudah digunakan untuk keperluan lain seperti mandi dan mensucikan benda-benda.
Ketiga , air yang bercampur dengan benda-benda suci:
Misalnya air yang bercampur dengan sabun dan tepung. Air macam ini suci dan mensucikan selama masih termasuk airmutlak. Jika kemutlakan air itu hilang menjadi berwarna dan mengandung rasa seperti air teh, kopi, sirop dan lain-lain, maka air semacam ini suci, tetapi tidak bisa dipergunakan untuk mensucikan diri dari hadas besar maupun hadas kecil seperti mandi junub dan berwudu, serta tidak dapat dipergunakan untuk mensucikan benda-benda lainnya.
Keempat, air yang bercampur dengan najis
 Jika benda najis mengubah sifat air, rasa, warna, dan bau; maka air itu tidak lagi suci, tetapi berubah menjadi air najis.

Manfaat dan Kegunan Air dalam Kehidupan
Secara umum air merupakan unsur yang sangat vital dalam kehidupan, karena tanpa air kelangsungan hidup tidak akan dapat bertahan. Hal ini ditegaskan Allah secara tersurat pada ayat Al-Qur′an yang berikut:
أَوَلَمْ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَٰهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ ٱلْمَآءِ كُلَّ شَىْءٍ حَىٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ

Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman. (al-Anbiyā′/21: 30)
Muhammad ‘Alī as sābūnī, ketika menjelaskan maksud ayat di atas yang berarti, “Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air”, menyatakan bahwa Allah telah menjadikan air menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi semua makhluk hidup dan menjadikan air sebagai sumber segala kehidupan. Oleh sebab itu, manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya tanpa air. Maka mengapa ada manusia yang tidak beriman?
Secara khusus dapat dijelaskan sebagai berikut: manfaat dan kegunaan air dalam kehidupan:

Pertama
Allah menyatakan bahwa salah satu manfaat dan kegunaan air adalah sarana untuk bersuci atau membersihkan diri lahir batin. Hal ini, antara lain, dinyatakan pada ayat Al-Qur′an berikut:
وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُمْ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً لِيُطَهِّرَكُمْ بِهِ
Dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk mensucikan kamu dengan hujan itu. (al-Anfāl/8: 11)
Kedua
Allah menurunkan air untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia akan air minum. Allah menyatakan:


Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan atau Kami yang menurunkannya? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur? (al-Wāqi‘ah/56: 68-70)

Ketiga
air bermanfaat bagi pertanian. Air selalu menjadi faktor yang menentukan tingkat keberhasilan pertanian. Oleh sebab itu, orang berusaha keras “menjinakkan” sumber air untuk keperluan pertanian.

Keempat
air memiliki sumber daya yang demikian besar untuk menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), bukan hanya yang dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), tetapi juga yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat untuk masyarakat dengan biaya yang murah, tetapi menghasilkan listrik yang melimpah.
Demikian paparan tentang eksistensi air bagi kehidupan manusia. Allah menciptakan angin, awan, dan menurunkan hujan untuk kepentingan manusia. semuanya dipercayakan kepada manusia untuk dijaga keseimbangannya bagi kesejahteraan dan kelangsungan hidup manusia. Mengapa manusia merusaknya? Mengapa manusia tidak bersahabat dengan air padahal membutuhkannya? Lalu di musim hujan, air datang mengambil tempatnya yang dirampas manusia. Mengapa manusia terus melakukannya, padahal mengancam kelangsungan hidupnya?Sungguh manusia itu makhluk yang zalim dan bodoh (al-Ahzāb/33: 72). Sadarlah dan berbuatlah untuk memelihara sumber daya air. Wallāhu a‘lam bis sawāb.